Karya : M iqbal laweueng*
Semilir angin menyapa nafas pagi yang hidup kembali
Dari mati suri gelap bumi dini hari
Pucuk-pucuk ansana menggeliat manja
Pepasiran kering mengudara
Menembus masuk penciuman
Kudapati kenyataan pahit negri ini
Rakyat jelata disini meringis
Menjerit tercekik terik hukum yang berbisik
Terjebak teori manis produk hukum negri ini
Teori hukum terdengar seperti hujan yang mengguyur di tengah terik
Titiknya menenggelamkan kami dalam harapan kering
Harapan senbentar lagi keadilan akan ditegakkan
Petir menyambar membelah siang
Mengejutkan ruh dekil kami
Tubuh terperanjak
Ada kekecewaan yang perlahan memuncah
Berkecamuk dari diri yang mulai gerah
Muak disuguhi janji dari pagi hingga pagi lagi
Keadilan ibarat setetes embun yang bergelantung pada ilalang
Rakyat berkubang dalam harapan semu
Langit hitam berawan pekat
Pertanda bahwa mereka mulai lelah
Sepotong bambu lapuk yang mereka ambil
Ibarat bongkahan emas yang hilang dari mahkota raja
Mereka dihakimi, dihina dan disiksa oleh stigma-stigma basi
Orang-orang seperti lupa diri
Bahwa ternyata banyak pencuri berdasi
Dimana pesohor negri ini ?
Dimana keadilan untuk kami ?
Dimana ?
Kami hanya menikmati sesuap nasi
Dari perasan keringat tiap pagi
Tapi lihat mereka dikursi
Berlenggok kesana-kemari
Bahkan ketika merek merampas hak kami
Hukum negri ini mebatu
Tak berdaya mencabik ketamakan tikus-tikus jalan buntu
Tuhan . . .
Satu do’a mengucur hari ini
Tunjukan keadilan untuk kami
E-mail:
muhammadiqbalsip.2016@gmail.com
No comments:
Post a Comment